Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia
A.
Letak administratif
Letak geografis
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
adalah 7°51’ -
8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT. Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru adalah
taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Probolinggo. Taman ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya
sekitar 50.276,3 ha oleh Mentri Pertanian dan Mentri Kehutanan.
B.
Iklim
Berdasarkan
klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan taman nasional
termasuk iklim tipe A meliputi daerah semeru, tipe B dengan nilai Q sebesar
14,36% dan curaj hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun. Kelembaban udara di sekitar
laut pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97% dan minimal 42 - 45%
dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg. Suhu udara rata-rata berkisar antara
5°C - 22°C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari di puncak musim kemarau
antara 3°C - 5°C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu di bawah 0°C (minus).
Sedangkan suhu maksimum berkisar antara 20°C - 22°C.
C.
Geologi
Berdasarkan
peta geologi Jawa dan Madura skala 1 : 500.000 dari Direktorat Geologi
Indonesia tahun 1963, formasi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuater tua. Sedangkan topografi
taman nasional berada pada ketinggian 750 - 3.676 m dpl, keadaan topografinya
bervariasi dari bergelombang dengan lereng yang landai sampai berbukit bahkan
bergunung dengan derajat kemiringan yang tegak. Secara umum kawasan taman
nasional merupakan dataran tinggi yang terdiri dari komplek Pegunungan Tengger
di utara dan komplek Gunung Jambangan di sebelah selatan.
A.
Flora fauna yang dilindungi
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan
pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun antara lain cemara gunung,
jamuju, edelweis, berbagai jenis anggrek dan rumput langka.
Terdapat sekitar
137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini. Satwa langka dan dilindungi yang
terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis
marmorata),
rusa (Cervus
timorensis),
kera ekor panjang (Macaca
fascicularis),
kijang (Muntiacus
muntjak),
ayam hutan merah (Gallus
gallus),
macan tutul (Panthera
pardus), ajag (Cuon
alpinus); dan berbagai jenis burung seperti burung alap-alap (Accipiter
virgatus), rangkong (Buceros
rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis
cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus
macrocercus), elang bondol (Haliastur
indus), dan belibis yang hidup di Ranu
Pani, Ranu Regulo, dan Ranu
Kumbolo.
Elang
Jawa Sebagai Hewan yang Dilindungi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Elang Jawa atau dalam nama
ilmiahnya Nisaetus
bartelsi adalah salah satu spesies
elang
berukuran sedang yang endemik
di Pulau Jawa.
Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda.
Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Elang jawa juga masuk dalam
daftar satwa yang dilindungi, sehigga penangkapan, perdagangan maupun
pemeliharaannya dilarang oleh Undang-undang. Semua ini untuk memastikan agar
elang jawa tetap lestari dihabitatnya.
Karakteristik Elang Jawa
adalah bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara
60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Kepala
berwarna coklat kemerahan, dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu,
panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan. Jambul hitam dengan
ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap
coklat gelap. Kerongkongan keputihan
dengan garis hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret
hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di
sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang
merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu
perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor
kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di
sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit
lebih besar.
Elang Jawa dianggap dewasa ketika berumur 3 atau 4 tahun dan hanya
berbiak satu atau dua tahun sekali. Elang Jawa hanya bisa bertelur satu butir
yang akan dierami selama sekitar 47 hari. Setelah anaknya lahir, selama 1,5
tahun anak Elang Jawa itu akan hidup bersama induknya. Dengan perkembangbiakan
yang lambat tersebut itu juga memicu rendahnya laju survivalnya.
Sebaran
elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat hingga ujung timur. Namun demikian
penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di
daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.
Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Elang Jawa
menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran
rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi.
Di
habitatnya, Elang Jawa menyebar atau tidak berkelompok. Sehingga meskipun luas
daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau
perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor. Populasi
yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang
disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan
liar
dan konversi hutan
menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa. Selain
itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap
sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah
menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini
melambung tinggi.
1.
Potensi
wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Potensi
Obyek Wisata Alam dan Budaya yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru sangat banyak dan bervariasi. Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di
Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang
berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut. Di laut pasir
ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu
dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah
muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat
mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (±
3.500 jiwa).
Gunung
Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan)
dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran
dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Suku Tengger yang berada di
sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda,
asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri.
Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Suku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan
walaupun mengetahui Gunung Bromo itu berbahaya, termasuk juga wisatawan yang
banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara
Kasodo.
Upacara
Kasodo diselenggarakan setiap tahun (Desember/Januari) pada bulan purnama.
Melalui upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah
atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan
cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo,
sementara masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing kawah dan meraih
untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang
berkah dari Yang Maha Kuasa. Perebutan sesaji tersebut merupakan atraksi yang
sangat menarik dan menantang sekaligus mengerikan. Sebab tidak jarang diantara
mereka jatuh ke dalam kawah.
Selain obyek wisata
alam, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru juga terdapat wisata budaya yang
berasal dari budaya suku asli yang mendiami wilayah tersebut, yaitu suku
Tengger.
Berikut
ini beberapa obyek wisata yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
:
1. Komplek
Gunung Semeru
Gunung
Semeru merupakan gunung berapi tertinggi (3.676 m dpl) di Pulau Jawa. Mahameru
adalah nama lain dari Puncak Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di
Pulau Jawa (3.676 m dpl) dengan kawahnya yang menganga lebar yang disebut
Jonggring Saloko. Karena merupakan gunung tertinggi, maka dari puncak Gunung
Semeru dapat dinikmati pemandangan alam yang mempesona, yakni ke:
Ê sebelah
barat tampak kota Malang;
Ê sebelah
utara tampak Gunung Kepolo dan Pegunungan Tengger;
Ê sebelah
selatan tampak garis pantai selatan;
Ê sebelah
timur tampak Gunung Argopuro.
Dikalangan
pecinta alam baik pendaki lokal, regional, nasional, bahkan pendaki dari luar
negeri (terutama Perancis) Gunung Semeru merupakan sasaran pendakian sepanjang
tahun. Bahkan pada beberapa tahun terakhir setiap tanggal 17 Agustus Gunung Semeru
dikunjungi ribuan pendaki.
Beberapa
obyek disepanjang rute menuju Gn. Semeru yang biasa dilalui pendaki adalah:
a) Ranu
Kumbolo
Ranu Kumbolo (8
ha) terletak pada ketinggian 2390 m dpl antara Ranu Pani dan Gn. Semeru. Secara
historis geologis, Ranu Kumbolo terbentuk dari massive kawah G. Jambangan yang
telah memadat sehingga air yang tertampung secara otomatis tidak mengalir ke
bawah secara gravitasi. Ranu Kumbolo hingga saat ini merupakan potensi obyek
wisata yang menarik. Daya tariknya antara lain bahwa pada lapangan yang relatif
tinggi dari permukaan laut terdapat danau/telaga dengan airnya yang jernih
sehingga banyak menarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Bagi para
pendaki, Ranu Kumbolo, merupakan tempat pemberhentian/istirahat sambil
mempersiapkan perjalanan berikutnya. Daya tariknya, di pinggir sebelah barat
danau terdapat prasasti peninggalan purbakala. Diduga prasasti ini merupakan
peninggalan jaman kejayaan Kerajaan Majapahit, namun hingga saat ini belum
diperoleh kepastian.
Khusus di
perairan danau, kita dapat menyaksikan kehidupan satwa migran burung belibis.
Bagi para pengamat lingkungan, Ranu Kumbolo sebetulnya merupakan laboratorium
alam yang cocok bagi kegiatan penelitian dan observasi lapangan yang sarat
dengan kandungan ilmu pengetahuan. Fasilitas yang ada di Ranu Kumbolo yaitu
Pondok Pendaki (70 M2) dan MCK yang dimanfaatkan para pendaki untuk
beristirahat, disamping terdapatnya lapangan yang relatif datar untuk sarana
berkemah. Kebutuhan air dapat terpenuhi dari air danau.
b) Kalimati
Kalimati
merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan
perjalanannya menuju puncak Mahameru. Tempat ini biasa digunakan beristirahat
dikarenakan terdapat sumber air (Sumber Mani) yang berjarak sekitar 500 Km dari
Kalimati. Disamping terdapat tanah lapang yang relatif datar juga sudah
dibangun fasilitas Pondok Pendaki dan MCK. Suhu udara di Kalimati relatif
dingin jika dibanding tempat lainnya, dikarenakan daerah kalimati merupakan
lembah dari beberapa bukit/gunung-gunung di sekitarnya.
c) Arcopodo
Arcopodo/Recopodo
terletak pada pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat
dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arco podo/reco podo.
Disamping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada
saat pendakian G. Semeru. Tempat ini sering pula dimanfaatkan pendaki untuk
beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya ke puncak Mahameru.
Daerah padang
rumput ini terletak di atas 3200 m dpl, merupakan padang rumput yang
diselang-selingi tumbuhan cemara, mentigi dan bunga Edelwis. Topografi relatif
datar pada jalur pendakian ini, beberapa tempat yang teduh menampakkan sebagai
tempat istirahat yang ideal untuk menikmati udara yang sejuk. Dari tempat ini
terlihat G. Semeru secara jelas menjulang tinggi dengan kepulan asap menjulang
ke angkasa serta guratan/alur lahar pada seluruh tebing puncak yang
mengelilingi berwarna perak. Di tempat ini para pendaki maupun fotografer
sering mengadakan atraksi keunikan dan gejala alam gunung api yang selalu
mengeluarkan asap dan debu, merupakan suatu panorama alam yang menakjubkan.
e) Oro
- Oro Ombo
Daerah ini
merupakan padang rumput yang luasnya sekitar 100 ha berada pada sebuah lembah
yang dikelilingi bukit-bukit gundul dengan type ekosistem asli tumbuhan rumput.
Lokasinya berada di bagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo.
Padang rumput ini mirip sebuah mangkok berisikan hamparan rumput yang berwarna
kekuning-kuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.
f) Cemoro
Kandang
Kelompok hutan
cemorokandang termasuk gugusan Gunung Kepolo (3.095 m), terletak di sebelah
selatan dari padang rumput Oro-Oro Ombo. Merupakan hutan yang didominasi pohon
cemara (Casuarina junghuniana) dan paku-pakuan.
g) Pangonan
Cilik
Pangonan cilik
merupakan kawasan padang rumput yang terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang
letaknya tidak jauh dari Ranu Gumbolo. Asal usul nama tersebut oleh masyarakat
setempat dikarenakan kawasan ini mirip padang penggembalaan ternak (pangonan).
Daya tarik dari kawasan ini adalah merupakan lapangan yang relatif datar di
tengah-tengah kawasan yang di sekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit
gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan
daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
2. Komplek
Bromo Tengger
a) Kaldera
Tengger
Daya tarik utama TN-BTS adalah gejala alam yang unik
dan spektakuler yang dapat dinikmati dan didekati dengan mudah. Kaldera Tengger
dengan 5 (lima) buah gunung yang berada didalamnya merupakan daya tarik
tersendiri, termasuk kisah geologi terbentuknya gunung-gunung tersebut. Kaldera
Tengger ini secara administrasi pemerintahan terdapat di Kab. Probolinggo. Desa
terdekat dari Kaldera Tengger adalah Cemorolawang (±45 Km dari Probolinggo),
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau carter jeep. Sedangkan
dari Cemorolawang apabila ingin turun dan menyusuri lautan pasir Kaldera
Tengger dapat menggunakan kuda, jeep atau jalan kaki. Fasilitas yang tersedia
di Cemorolawang relatif lengkap antara lain shelter, plasa, penginapan (hotel,
homestay, dll), rumah makan, wartel, souvenir shop, MCK umum, dll.
b) Gunung
Bromo
Gunung Bromo merupakan salah satu gunung dari lima
gunung yang terdapat di komplek Pegunungan Tengger di laut pasir. Daya tarik
gunung ini adalah merupakan gunung yang masih aktif dan dapat dengan mudah
didaki/dikunjungi. Obyek wisata Gunung Bromo ini merupakan fenomena dan atraksi
alami yang merupakan salah satu daya tarik pengunjung. Kekhasan gejala alam
yang tidak ditemukan di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah
(creater in the creater) dengan hamparan laut pasir yang mengelilinginya.
Bagi pengunjung yang ingin melihat lebih dekat dan
menghirup aroma asap vulkanik wisatawan dapat naik ke puncak Bromo. Untuk sampai
di puncak G. Bromo telah disediakan tangga dari beton. Bila kita sampai di
puncak maka tampak kawah Bromo yang menganga lebar dengan kepulan asap yang
keluar dari dasarnya yang menandakan gunung ini masih aktif. Dari puncak inilah
pengunjung dapat menikmati/menyaksikan kawah Bromo dengan kepulan-kepulan
asapnya yang relatif tipis, serta ke arah belakang dapat menyaksikan keindahan
panorama hamparan laut pasir dengan siluet alamnya yang mempesonakan.
Daya tarik lainnya, adalah bahwa gunung ini
merupakan tempat bagi berlangsungnya acara puncak upacara ritual masyarakat
Tengger (Kasada) yakni berupa pelemparan hasil bumi sebagai persembahan ke
kawah Gunung Bromo. Upacara inilah yang menarik wisatawan untuk menyaksikan
acara yang hanya berlangsung satu tahun sekali.
c) Gua/Gunung
Widodaren
Gunung/Gua Widodaren ini letaknya di sebelah Gunung
Batok dan merupakan potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri.
Salah satu daya tarik obyek ini adalah bahwa lokasi ini merupakan tempat
keramat berupa gua dan sumber air suci. Pada bagian dalam gua terdapat tempat
yang agak luas dan didalamnya terdapat batu besar (sebagai altar) untuk
menempatkan sesajian atau menaruh nadar yang sekaligus sebagai tempat bersemedi
khususnya masyarakat Tengger untuk memohon kepada Sang Hyang Widi. Masih di
sekitar gua, tepatnya di bagian samping gua tedapat sumber air yang tak pernah
kering. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut
merupakan air suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, misalnya sebagai
contoh dalam Upacara Kasada pasti didahului dengan Upacara pengambilan air suci
dari Gua Widodaren (Medhak Tirta). Disamping itu pada masyarakat Tengger ada
kepercayaan bahwa khasiat air dari gua ini dapat membuat awet muda seseorang
serta dapat mendekatkan jodoh bagi yang lajang.
Untuk dapat mencapai obyek ini, telah dibuat jalan
setapak yang sempit dengan kemiringan yang agak curam. Untuk itu kepada
pengunjung disarankan untuk berhati-hati pada saat berjalan melalui jalan ini.
Daya tarik lainnya, bila kita sudah tiba di gua, kita akan dapat menyaksikan
pemandangan alam yang indah kebagian bawah yakni laut pasir dan sekitarnya.
Suasana indah yang lebih mengagumkan lagi manakala kita menikmati panorama ini
disaat fajar dengan kemilau mentari kekuning-kuningan tampak di hadapan kita.
d) Gunung
Batok
Gunung Batok terletak di sebelah Gn. Bromo dan
menjadi pemandangan yang menyatu dengan Gn. Bromo. Daya tarik utama adalah
gunung ini merupakan habitat edelwis.
e) Gunung
Pananjakan
Puncak G. Pananjakan merupakan tempat yang tertinggi
bila dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di Komplek Pegunungan Tengger.
Oleh karenanya di kawasan ini kita dapat menyaksikan keindahan alam di bagian
bawah seperti panorama laut pasir dengan komplek Gunung Bromo Dsk. yang dilatarbelakangi
G. Semeru dengan kepulan asapnya yang tebal. Dari puncak Pananjakan ini dapat
disaksikan/dinikmati pula indahnya matahari terbit di ufuk timur berwarna
kekuning-kuningan muncul dari balik perbukitan. Kita dapat menikmati suasana
tersebut di atas dalam suasana hening dan tenteram tanpa kebisingan dan
kegaduhan.
Gn. Pananjakan secara administrasi pemerintahan
termasuk dalam wilayah Kab. Pasuruan. Rute terdekat untuk mencapai Gn.
Pananjakan adalah dari Pasuruan menggunakan angkutan umum sampai Tosari ±40 Km,
dilanjutkan dengan sewa jeep ±17 Km. Fasilitas yang tersedia berupa shelter,
plaza, MCK, dan cafetaria.
3. Potensi
Obyek Wisata Budaya
a) Pure
Agung Poten
Pura Agung Poten yang berada di tengah-tengah lautan
pasir ini merupakan salah satu pusat peribadatan umat Hindu Tengger.
b) Gua
Widodaren
Gua Widodaren merupakan salah satu tempat penting
dalam ritual masyarakat Tengger. Pada bagian dalam gua terdapat tempat yang
agak luas dan didalamnya terdapat batu besar (sebagai altar) untuk menempatkan
sesajian atau menaruh nadar yang sekaligus sebagai tempat bersemedi khususnya
masyarakat Tengger untuk memohon kepada Sang Hyang Widi. Masih di sekitar gua,
tepatnya di bagian samping gua terdapat sumber air yang tak pernah kering.
Menurut kepercayaan masyarakat Tengger air dari sumber tersebut merupakan air
suci yang mutlak diperlukan bagi peribadatan mereka, sebagai contoh adalah
upacara pengambilan air suci dari Gua Widodaren (Medhak Tirta) yang dilakukan
sebelum Upacara Kasada. Disamping itu air dari gua ini dipercaya masyarakat
Tengger berkhasiat dapat membuat awet muda serta mendekatkan jodoh bagi yang
lajang.
c) Sumur
Pitu/Gua Lava
Sumur lava ini berada di tengah Kaldera Tengger
tepatnya di laut pasir Blok Kutho, dari kejauhan tampak seperti tumpukan bata
bekas kerajaan. Masyarakat setempat menamakan sumur/gua lava ini sebagai Sumur
Pitu. Sumur Pitu/Gua Lava ini terbentuk dari proses geo vulkanik yang merupakan
proses dari letusan Gunung Bromo.
d) Pura/Padanyangan
Rondo Kuning
Pura kecil atau disebut Pedanyangan ini merupakan
tempat peribadatan umat Hindu Tengger yang ada di Ranu Pani. Jika dilihat dari
arah utara, pemandangannya sangat bagus, karena lokasinya berada pada tanah
yang menjorok ke danau (seperti tanjung). Pure ini dibangun pada tahun 1996 dan
direhabilitasi tahun 2001 oleh Pengelola Pura Mandara Giri Semeru Agung -
Senduro bersama-sama dengan umat Hindu di Ranu Pani. Pada waktu-waktu tertentu
(hari besar umat Hindu) penganut Hindu setempat dan luar kota melakukan ibadah
di Pure Rondo Kuning. Menurut pengelola/pengurus Pure tersebut (Mandara Giri
Semeru Agung), rangkaian upacara ritual Hindu di Ranu Pani berbeda dengan
rangkaian upacara di Gunung Bromo, namun pada upacara besar (Kasada) salah satu
lokasi pengambilan air suci adalah Ranu Pani.
e) Prasasti
Ranu Kumbolo
Prasasti ini terletak di tepi danau Ranu Kumbolo.
Diduga prasasti ini masih terkait dengan peninggalan Kerajaan Majapahit, yang
menceritakan perjalanan Mpu Kameswara untuk mencapai kesucian atau kesempurnaan
diri.
f) Prasasti
Arcopodo
Arcopodo/recopodo terletak diantara Kalimati dan
Gunung Semeru. Ditempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa
Jawa dinamakan arcopodo/recopodo. Disamping itu juga terdapat beberapa monumen
korban meninggal atau hilang pada saat pendakian G. Semeru. Tempat ini sering
dimanfaatkan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalannya
ke puncak Mahameru.
g) Pure
Ngadas
Desa Ngadas merupakan enclave TN-BTS yang berada di
Seksi Konservasi Wilayah III tepatnya di Resort Ngadas. Penduduk asli Ngadas
adalah suku Tengger yang mayoritas memeluk agama Hindu. Salah satu tempat
peribadatan masyarakat Tengger di Ngadas adalah Pure Ngadas.
h) Vihara
Ngadas
Selain ama Hindu
masyarakat Ngadas juga banyak yang menganut agama lain, salah satu agama yang
dianut masyarakat setempat adalah agama Budha dengan aliran Budha Kejawen.
Vihara ini merupakan tempat beribadah penganut Budha di Ngadas. Di malam hari
dapat didengar lagu pujian terhadap sang Budha.
bingung mau kemana liburan ini?? bisa cek langsung gan kesini http://bit.ly/1HF8rI6 atau http://bit.ly/1K3cY9g
BalasHapus