Pemilihan lokasi disposal limbah radioaktif baik
yang near surface disposal (NSD)
maupun deep geological disposal (DGD)
telah dikembangkan secara sistematis dengan 4 (empat) tahapan, yaitu
1. penyusunan
konsep dan perencanaan
2. survey
daerah
3. karakterisasi
tapak; dan
4. konfirmasi
tapak.
Dalam prakteknya, pemilihan lokasi dapat dilakukan
dengan metode negarive screening dan positive screening yang meliputi teknik overlay dan scoring. Aplikasi SIG dalam pemilihan lokasi meliputi dalam hal
sumber data, manajemen data dan analisis data spasial. Sebagai kesimpulan dapat
dinyatakan bahwa aplikasi SIG untuk pemilihan lokasi disposal akan sangat
membantu dalam hal :
1. penyimpanan,
manajemen dan integrasi data spasial
2. analisis
yang berhubungan secara spesifik dengan komponen data gratis
3. pengorganisasian
data sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh semua penggunanya.
Aplikasi SIG berbasis digital dalam pemilihan lokasi
penyimpanan limbah radioaktif akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibanding dengan cara manual. Cara manual yang dimaksudkan disini adalah
menggabungkan obyek permukaan bumi dalam bentuk peta-peta analog di atas
plastik transparansi. Prosedur manual seperti tersebut akan menimbulkan
kesulitan bagi pengambil keputusan ketika konfigurasi shape digabungkan dalam jumlah besar, atau penentuan koordinat
lokasi obyek secara tepat, selain itu waktu yang dibutuhkan dalam prosedur
manual lebih lama dan ini berarti beban biaya lebih tinggi.
Beberapa faktor penting yang wajib dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi penyimpanan limbah radioaktif antara lain: Geologi,
Hidrogeologi, Geokimia, Tektonik dan Gempa, Proses-Proses Permukaan,
Meteorologi, Maninduced events,
Transportasi Limbah, Penggunaan Lahan, Distribusi Penduduk, dan Proteksi
Lingkungan. Dalam pemilihan lokasi
penyimpanan limbah radioaktif perlu mengacu kriteria keselamatan lingkungan.
Metodologi SIG dapat diaplikasikan dengan beberapa
tahapan seperti berikut di bawah ini :
1. Tahap
pertama, yaitu pendefinisian masalah
dengan melalui pendekatan sebagai berikut:
-
Pengumpulan data sekunder, seperti
pengumpulan peta dasar dan peta tematik, studi literatur (iaporan-laporan hasil
studi yang pernah dilakukan).
-
Penyusunan program aplikasi, dengan
pertimbangan kebutuhan jenis data, faktor skala ketelitian yang diharapkan,
kriteria -kriteria yang digunakan, dan lain-lain.
2. Tahap
kedua, yakni pembangunan basis data secara sistematik,
3. Tahap
ketiga yakni analisis yang dilakukan melalui metode pendekatan overlay dan
pembobotan, yakni dengan menggunakan metode skoring variabel data yang
dijadikan paramater dalam pemilihan tapak.
Perangkat lunak
Subsistem
Input:
a. Program
Digitizing: Arc/View, Arc/Info
b. Kemampuan
yang harus dimiliki software ini adalah : melakukan perekaman otomatis dan
melakukan koreksi data (editing)
Subsistem
pengolahan data dan analisis
a. program
yang digunakan : ArcNiew, Arc/Info.
b. Kemampuan
yang harus dimiliki software ini adalah :
·
Struktur data, conversion
·
Transformasi sistem koordinatlreferensi
·
Generasi dan manipulasi overlay,
buffering dan analisis spasial
Parameter yang dievaluasi dalam pemilihan lokasi
penyimpanan limbah radioaktif meliputi tata guna lahan, permeabilitas tanah dan
morfologi/topografi, jarak dari
permukiman, aksesibilitas, posisi terhadap aliran sungai dan jarak terhadap
instalasi pengolahan limbah radioaktif.
Dalam pemilihan lokasi penyimpanan limbah,
ditentukan beberapa asumsi sebagai kriteria, antara lain:
a. Lokasi
jauh dari permukiman/area yang menjadi aktifitas manusia
b. Mudah
dijangkau, dalam kaitannya dengan tersedianya akses jalan untuk menuju lokasi
c. Terletak
pada daerah yang berbukit
d. Tidak
terletak pada area sekitar aliran sungai
e. Mempunyai
permeabilitas (tanah dan batuan) yang rendah
f. Dekat
dengan instalasi pengolahan limbah
Metode yang diterapkan dalam pemilihan lokasi adalah
metode overlay, yaitu dengan menumpang-tindihkan berbagai macam peta tematik
yang berskala sama, sehingga akan diperoleh zona wilayah yang memenuhi kriteria
dari parameter-paremeter yang dievaluasi.
Dari proses analisis
dengan metode overlay dapat diperoleh lokasi yang memenuhi kriteria tata guna
lahan, morfologi dan permeabilitas tanah. Setelah diperoleh lokasi-lokasi
tersebut, selanjutnya dilakukan analisis buffering, yaitu dengan
memperhitungkan jarak terhadap aliran sungai. Lokasi yang jauh dari sliran
sungai kemudian dilakukan analisis buffering lagi, yaitu dengan mempertimbangkan
jaraknya terhadap instalasi pengolahan limbah, dan akhirnya diperoleh satu
lokasi yang paling sesuai karena paling dekat dengan instalasi pengolahan
limbah dan jauh dari aliran sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar