Ekosistem yang Tidak Tergantung
Matahari
A. Ekosistem Dasar Laut
Hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup
dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut Ekosistem. Dalam ekosistem
kita mengenal dua pembagian ekosistem yaitu ekosistem terestrial (daratan) dan
ekosistem akuatik (Perairan). Dalam ekosistem akuatik dapat dijabarkan sebagai
semua komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalam
ekosistem perairan tersebut. Sedangkan dalam ekosistem terrestrial atau
ekosistem daratan dapat dijabarkan semua komponen yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem terestrial meliputi bioma gurun, padang
rumput, Hutan hujan tropis, Hutan gugur, Taiga,dan bioma Tundra. Sedangkan
ekosistem perairan dibagi atas ekosistem air tawar dan ekosistem laut. Ekosistem laut mencakup sekitar 71% dari
permukaan bumi dan mengandung sekitar 97% dari air yang ada di planet ini. Yang
termasuk ke dalam ekosistem laut adalah samudera, rawa garam dan ekologi
intertidal, muara sungai dan laguna, bakau dan terumbu karang, laut dalam dan
dasar laut. Ekosistem air laut dapat dibandingkan dengan ekosistem air tawar,
yang memiliki kandungan garam yang lebih rendah. Tempat-tempat
seperti disebutkan diatas dianggap ekosistem karena kehidupan tanaman mendukung
kehidupan
hewan dan sebaliknya. Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut
dibedakan menjadi 3 bagian :
·
Daerah
fotik : daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman
maksimum 200 m.
·
Daerah
twilight : daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis,
kedalaman antara 200 - 2000 m.
·
Daerah
afotik : daerah yang tidak tembus cahaya matahari, jadi gelap sepanjang masa.
Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara
komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang,
keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.
Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi
keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat
pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
B. Ekosistem Dasar Laut Dari Film Blue
Planet : The Deep Volume 2
Laut
dalam adalah habitat terbesar di bumi yang tidak begitu diketahui. Beberapa
hewan yang aneh hidup di laut dalam. Setiap kali diadakan penyelaman, akan
ditemukan beberapa ikan dengan spesies baru. Tekanan di dalam laut akan semakin
bertambah dan cahaya matahari akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya kedalaman.
Pada
kedalaman 300 meter, suhu air turun dengan cepat dan semakin gelap. Banyak
hewan menjadi terlihat transparan. Hewan yang kompleks pun, seperti cumi-cumi
menjadi sangat transparan di dalam laut. Untuk menghindari para predator,
seekor hewan perlu untuk melihat dengan jelas dan sebisa mungkin tidak
terlihat. Pada kedalaman ini, terdapat berbagai jenis hewan lunak yang hidup,
seperti Amphiphod yang panjangnya ± 12 cm, Phronima yang hidup sebagai parasit
di hewan-hewan lunak, Comb jelly, Copepod, Shiphonophores, cumi-cumi, dan ikan
Hachet yang memiliki mata yang sensitif untuk mencari mangsa dengan tubuh pipih
dan warnanya keperakan.
Pada
kedalaman 500 meter, cahaya menjadi sangat sedikit bahkan di perairan tropis yang airnya bersih sekalipun. Untuk
bertahan di daerah ini yang dibutuhkan adalah penglihatan yang sensitif dan
tubuh yang tidak terlihat. Kebanyakan predator memiliki mata yang berbentuk
tabung sehingga dapat membedakan mangsanya.
Turun
ke kedalaman ribuan meter, tidak ada sedikitpun sinar matahari yang masuk, suhu
air turun sampai dibawah 4 derajat centigrade, tekanan berubah menjadi 100 kali
lebih besar diari permukaan Kehidupan
menjadi semakin sepi. Di kedalaman ini terdapat ikan Fang Tooth yang memiliki
gigi sangat besar sehingga tidak bisa untuk menutup mulutnya, ikan ini termasuk
predator yang sangat agresif dan memakan ikan-ikan yang lebih kecil darinya.
Pada kedalaman ini makanan semakin terbatas, predator harus bisa menyesuaikan
diri dengan makanan dalam ukuran apapun.
Pada
kedalaman yang tidak tertembus sinar matahari, kebanyakan hewan-hewan predator
tubuhnya berwarna merah. Pada kedalaman ini, kebanyakan hewan memiliki
perangkap cahaya untuk menangkap mangsanya. Cahaya-cahaya yang terdapat pada
hewan-hewan itu berasal dari bakteri. Misalnya saja ikan Angler, ikan ini
mengeluarkan cahaya unutuk memancing cumi-cumi yang menjadi mangsanya untuk
mendekatinya. Ikan Angler betina memiliki ukuran 10 kali lebih besar daripada
yang jantan. Ikan Angler jantan akan hidup menempel di perut ikan betina untuk
mendapatkan makanan. Pada kedalaman ini juga terdapat ikan Hairy Angler yang
panjangnya dapat mencapai 0,5 meter, tubuhnya dipenuhi antena-antena yang
sensitif, masing-masing antena mampu mendeteksi gerakan-gerakan dari mangsanya.
Selain itu, terdapat pula hewan yang ekornya panjang menggantung dari kepala,
matanya kecil dan mulutnya sangat besar, hewan ini bernama Belut Guliper. Hewan
ini dapat menelan makanan dalam ukuran apapun, termasuk lebih besar dari ukuran
tubuhnya.
Siklus
harian matahari sangat mempengaruhi kehidupan laut dalam, terbenamnya matahari
akan sangat berpengaruh. Ribuan juta ekor hewan-hewan akan naik dari zona
kegelapan menuju ke air yang lebih dangkal tiap malamnya. Hewan yang pertama
naik adalah Grazer kecil yang mencari
tumbuhan mikroskopik yang hanya ada di air dangkal dan terkena sinar matahari,
diikuti oleh hewan-hewan lain yang lebih besar. Pada saat fajar atau matahari
terbit mereka akan kembali ke kedalaman yang lebih aman dari ancaman predator.
Cumi-cumi akan naik ke permukaan untuk mengeluarkan telur-telurnya. Setelah
fajar tiba, cumi-cumi akan kembali ke laut dalam. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan saling ketergantungan antara ekosistem dasar laut dalam dengan
zona-zona di atasnya.
Dasar
laut dalam di dominasi oleh jutaan Echinoderms, Amphiphod, Sea Cucumber,
Brittle Stars dan Sea Urchins. Mereka memiliki bentuk dan ukuran yang beragam.
Mereka mencari partikel-partikael yang tak beracun di dasar laut sebagai
makanannya. Sebagian dari mereka hidup mengelompok. Di tepian dasar laut
terdapat pula Crinads atau bunga lili laut. Hewan ini bentuknya seperti
tumbuhan atau bunga, tetapi sebenarnya dalah hewan. Di kedalaman 2000 meter,
dijumpai koral-koral yang tidak kita jumpai di permukaan. Panjangnya mencapai
200 meter. Koral-koral ini tidak mendapat sinar matahari, mereka menangkap
makanannya menggunakan tentakel-tentakelnya yang panjangnya 3 cm. Sea Cucumber
biasanya berdiam diri di dasar laut. Terdapat pula cacing Polychaete yaag
berwarna kuning dan dapat
berenang-renang di laut terbuka. Disini terdapat juga seekor predator
Chimaera yang merupakan kerabat dekat Hiu, panjangnya kurang dari 1 meter.
Seekor belut juga dapat hidup di dasar laut, dia memakan bangkai-bangkai ikan
mati di dasar laut. Selain belut, ikan-ikan kecil bernama Hagfish dan cacing
Polychaete juga memakan jasad-jasad ikan
mati di dasar laut. Ikan Hiu yang panjangnya mencapai 8 meter kadang-kadang
turun ke dasar laut untuk mencari makanan yang berupa jasad ikan mati tersebut.
Pada
kedalaman 3000 meter, terdapat jutaan bintang laut, ikan-ikan dari keluarga Ratttails
yang memakan bangkai ikan mati, ikan tripod yang mempunyai mata tapi buta
sehinnga menggunakan antena-antena di atas kepalanya untuk mendeteksi mangsa
atau predator, dan gurita laut yang sering disebut Dumbo.
Dua
mil diatas dasar laut terdapat pegunungan di tengah lautan. Pada kedalaman ini
terdapat cerobong yang mengeluarkan air panas yang mengandung hydrogen sulfida
yang beracun. Di tempat ini terdapat spesies cacing Polichaete yang biasa
disebut cacing Pompeii, cacing ini mampu bertahan hidup pada suhu centigrade. Cerobong-cerobong ini juga
dipenuhi beberapa organisme lain seperti kerang besar, kepiting putih dan
cacing warna merah. Mereka tidak membutuhkan energi matahari karena pada tubuh
mereka terdapat bakteri yang mampu menyerap energi dari sulfida yang keluar
dari cerobong tersebut. Koloni bakteri merupakan sumber energi utama untuk
semua makhluk hidup di daerah kedalaman ini. Bakteri dan mikroba adalah inti
dari rantai makanan yang diperlukan. Bahkan kepiting dan udang juga memakan
bakteri, dan ikan mendapatkan peran menjadi rantai makanan paling atas.
Lebih
dari setengah mil di bawah laut di teluk Meksiko terdapat danau bawah laut
dengan panjang lebih dari 20 meter dan juga dengan pantai berpasir, disekitar
tepiannya terdapat jejak arus. Tepian ini dihasilkan oleh air laut yang kental
dan lebih pekat daripada air disekitarnya. Pasir yang terbentuk merupakan
ratusan ribu kerang. Dari dasar laut mengeluarkan gelembung metan. Kerang
tersebut mengandung bakteri yang mampu mengolah energi dari metan tersebut.
Ekosistem
di danau bawah laut tersebut dapat berkembang dengan mengandalkan bakteri. Hewan-hewan
nyang dapat hidup di danau tersebut diantaranya yaitu udang, lobster, dan juga
cacing Polichaete merah. Oasis tersebut diberi nama genangan dingin dan mirip
seperti cerobong asap. Proses geologis di dasar laut menghasilkan metan dan
cenderung pula mengeluarkan hidrogen sulfida. Tak jauh dari tempat tersebut,
terdapat pula hamparan ratusan cacing tabung yang memanfaatkan bakteri dengan
mengolah energi sulfida.
C. Ekosistem Dasar Laut di Sulawesi Utara
Sebuah gunung berapi bawah laut setinggi lebih dari 10.000 kaki atau
3.000 meter, ditemukan di lautan dalam di Sulawesi Utara. Gunung ini adalah
temuan penting untuk memahami kekayaan lautan Indonesia. Gunung berapi dalam
laut ini terdeteksi dalam ekspedisi bersama ilmuwan Indonesia dan ilmuwan
Amerika Serikat dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)
yang berada di bawah naungan Departemen Perdagangan AS. Kapal Okeanos dari NOAA
saat menjelajah laut di daerah Kawio Barat, Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara,
mendapatkan pemetaan gambar gunung berapi itu. Kawio Barat dipilih sebagai area
ekspedisi karena unsur-unsur bawah laut yang berlimpah.
Dalam waktu tiga bulan, 20 peneliti asal Indonesia yang berasal dari
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Perguruan Tinggi,
serta delapan peneliti dari National Oceanic and Atmospheric Administator (NOAA)
menjelajahi gunung-gunung bawah laut di perairan tersebut. Dengan memakai 17
kamera yang melekat pada "Remotely Operated Vehicle" (ROV) yang
berkemampuan mengambil gambar pada daerah di lebih dari 4.000 meter di bawah
laut milik NOAA akhirnya diketahui keberadaan sebuah gunung api aktif setinggi
3.200 meter di kedalaman 1.900 meter di bawah Laut Sangihe.
Gunung api aktif yang berada di sekitar Kepulauan Kawio tersebut merupakan
gunung api aktif dasar laut tertinggi di dunia. Di kedalaman lebih dari 4.000
meter di bawah laut di laut Sangihe, Sulawesi Utara, sebuah ekosistem sempurna
ditemukan. Gunung api tersebut membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal
geothermal. Di dalam suhu air yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat
celsius ternyata berbagai biota laut hidup dengan damai. Berbagai
jenis bintang laut, udang, lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup
mengandalkan bakteri-bakteri yang di dalam air, yang diperkirakan sama dengan
bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Dibawah dasar laut juga terdapat
biota-biota yang menarik seperti kepiting dan teritip yang bergerak sangat
aktif untuk menangkap bakteri yang hidup disana dan memakannya.
Bakteri sulfida di dekat gunung api bawah laut
menjadi ujung strata paling rendah bagi mata rantai ekosistem laut dalam.
Extrimophiles bahkan dikenal sebagai bakteri sulfida yang mampu bertahan di
atas suhu 100 derajat celsius. Bakteri sulfida sangat penting bagi mata rantai
berikutnya. Hingga akhirnya bisa dijumpai biota Holothurians berwarna ungu tua
menyala yang mendominasi komunitas bentik di kedalaman 3.050 meter. Lalu,
Nudibranch, moluska tak bercangkang, juga direkam di kedalaman 3.000 meter.
Spesies lainnya mencapai ratusan jenis lagi, sebagian besar juga baru dikenal
atau belum ada namanya.
Berbagai biota laut yang ditemukan di sekitar gunung api bawah laut bernama
Gunung Kawio di kedalaman 1.900 meter tersebut sangat unik karena mampu hidup
dalam tekanan hingga 180 bar, di suhu panas 350 derajat Celcius serta dalam
kondisi gelap tanpa sinar matahari. Mereka tidak berfotosintesis dari panas
sinar matahari, tetapi melalui proses kimosintesis yang mengandalkan panas dari
geothermal gunung berapi.
Koral atau karang pada umumnya tumbuh pada kedalaman
belasan atau puluhan meter. Ini tergantung tingkat kejernihan air laut karena
koral bertahan sampai pada kedalaman yang masih bisa ditembus sinar matahari.
Di kedalaman 800 meter sebagai lokasi ditemukannya koral itu tidak lagi
ditembus sinar matahari. Tetapi, koral warna-warni itu ternyata ditemui. Koral
yang berwarna-warni di laut dalam yang gelap gulita itu menjadi sebuah
keanekaragaman hayati laut yang sangat luar biasa. Selain itu, banyak
ditemukan terumbu karang yang memiliki warna-warna yang cerah dan mencolok
mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan
matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun
tampak cerah. Membandingkan dengan koral yang ada di permukaan
laut, jelas peranan sinar matahari menunjang proses fotosintesis koral yang ada
sehingga koral itu bisa bertahan hidup. Bagi koral bawah laut, kehidupannya
tanpa matahari. Ini berarti matahari bukanlah satu-satunya sumber kehidupan
bagi koral.
Di ketinggian 2.000 meter dari gunung berapi tersebut menempel
cerobong-cerobong asap tinggi yang mengeluarkan panas dari gunung berapi.
Cerobong asap ini hanya ada di laut dalam di mana terdapat aktivitas pegunungan
api bawah laut. Cerobong ini tumbuh 1 cm per hari lalu sebagian mengendap di
bawahnya, endapan ini kaya mineral. Kandungan larutan bersuhu tinggi dari perut
bumi itu mengandung mineral, logam, dan gas, karena dipengaruhi suhu air laut
dalam yang mencapai 2-4 derajat celsius. Cerobong yang disebut himney tersebut
terbentuk dari pertemuan hidrotermal dengan air dingin laut, sehingga tampak
seperti cerobong asap yang menyembul dari tanah. Di tubuh cerobong yang
mengeluarkan panas itu pun masih terdapat terumbu karang yang didiami banyak
biota laut dalam ukuran mini. Air laut di sekitarnya menjadi tidak terlampau
dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem tersendiri dan
bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar